Minggu, 15 November 2020

REVIEW BUKU : Minoritas di Tengah Minoritas : Tionghoa Muslim di Jember

 

REVIEW BUKU

Judul Buku    : Minoritas di Tengah Minoritas :  Tionghoa Muslim di Jember

Penulis          : Dr. Retno Winarni, M. Hum. et.al.

Halaman       : 160 halaman

Penerbit        : UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember

Reviewer      : SOFI LAILATUL ZAHRO 180110301029

ISI  BUKU

Dalam buku ini membahas mengenai Etnis Tionghoa yang menjadi kaum minoritas di Jember. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya masyarakat Tionghoa Muslim di Jember, bagaimana masyarakat ini hidup di tengah-tengah mayoritas Muslim Pribumi dan ditengah tengah minoritas masyarakat Tionghoa di Jember.

Buku ini terdiri dari 6 bab antara lain Bab I, pendahuluan yang membahas secara general mengani Etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dan persebarannya . Etnis Tionghoa adalah orang-orang Tiongkok atau Cina yang ada di Indonesia. “Tionghoa” adalah sebuah istilah yang diciptakan sendiri oleh orang-orang yang berasal dari Tiongkok yang bermukim di Indonesia.  Identitas Etnis Tionghoa yang menjadi kontroversi, mereka masih belum diakui sebagai penduduk pribumi meskipun mereka sudah tersebar merata pada abad ke 15 dan 16 di Indonesia. Di era kemerdekaan, contoh lain mobilitas sosial ini bisa dilihat pada kelompok-kelompok yang memperjuangkan terjadinya asimilasi menyeluruh (total assimilation) dengan penduduk pribumi. Satu yang paling mengemuka adalah anjuran memeluk Islam di kalangan orang-orang Tionghoa Indonesia.

Bab II ini menjelaskan tentang sejarah  Agama Islam dan penyebarannya  di Cina sehingga menjadi agama yang tidak dapat dipisahkan dari budaya Cina pada zaman Dinasti Ming. Selain mengenai persebaran Agama Islam di Cina, dalam bab ini juga menjelaskan mengenai persebaran Agama Islam di Nusantara. Sebenarnya Cina sudah pernah berlayar ke Nusantara dan melakukan perdagangan pada abad 7. Pada abad 8 orang – orang Cina mulai menetap dan melahirnak keturunan melalui perkawinan dengan masyarakat pribumi sehingga disebut sebagai Cina Peranakan Selanjutnya dalam bab ini membahas mengenai pasang surut jumlah Etnis Tionghoa Muslim di Jawa  disebabkan dengan adanya ketertarikan orang – orang Tionghoa untuk beradaptasi kepada budaya local atau disebut dengan resinifikasi. Dalam hal ini orang – orang Tionghoa khawatir mulai melupakan tradisi dari leluhurnya karena lebih mengikuti tradisi pribumi. Tahun 1908 mereka mendirikan sekolah-sekolah dasar gaya baru yang khusus untuk anak-anak Cina dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, yaitu Hollands Chinesche Scholen (HCS).

             Bab III menjelaskan tentang Komunitas Tionghoa yang ada di Jember  mulai dari awal adanya Etnis Tionghoa di Jember yaitu tahun 1795 menurut Retno Winarti ( Penulis ). Seiring dengan perkembangannya, etnis Tionghoa di Jember kemudian membentuk pola pemukiman tersendiri yang terletak di distrik Jember yang dilatarbelakangi masalah ekonomi karena banyaknya lapangan pekerjaan. Pertengahan abad ke-19, Jember merupakan daerah yang menjanjikan karena bermunculannya perkebunan swasta terutama tembakau. Mereka berperan sebagai pelaku ekonomi yang cukup berpengaruh di Jember.  Mayoritas orang-orang Tionghoa  pindah agama Islam, disebabkan mereka terdorong oleh keinginan untuk membebaskan diri mereka sendiri dari status non pribumi.

 Bab IV ini menjelaskan tentang kehidupan ekonomi dan tempat tinggal masyarakat Etnis Tiongoa  Muslim yang ada di Jember. Orang Tionghoa memang memberikan pengaruh besar pada perekonomian, khususnya dalam menggerakkan perekonomian di wilayah Jember melalui perdagangan dengan membangun toko kecil hingga super market. Selanjutnya mengenai tempat tinggal Tionghoa Muslim di Jember juga didasarkan kepada kosmologi Tiongkok yang memiliki konsep yang disebut dengan honsui.. Di Jember, tempat yang ditunjuk adalah jalan Sultan Agung dan Haji Samanhudi. Namun di kemudian hari, orang-orang Cina juga bermukim di jalan Ahmad Yani dan Jl mangunsarkoro.  Selain  itu bermukim di wilayah pecinan di Pasar  Trunojoyo dan Pasar Tanjung dan ada juga yang bertempat tinggal di luar pecinan yaitu di Jalan Ciliwung.

Bab V yaitu mengenai usaha  yang dilakukan untuk mewadahi dan solidaritas kepada  warga Tionghoa Muslim dengan mendirikan PITI, yaitu Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia pada tangga 6 Juli 1963, organisasi ini juga didirikan di Jember pada tahun 1994. PITI merupakan organisasi yang didirikan untuk mempercepat proses pembauran yang nyata antara masyarakat Tionghoa, terutama yang beragama Islam dengan masyarakat pribumi. Salah satu focus PITI sejak kelahirannya adalah dakwah Islam, khususnya kepada warga Tionghoa selain itu juga masalah kebangsaan yang berkaitan dengan permasalahan antar etnis.

Bab VI adalah bab yang terakhir dari buku ini yang mana menjelaskan tentang kegiatan sosial yang dilaksanakan organisasi PITI di Kabupaten Jember di antaranya berupa kegiatan pendidikan, bakti sosial dengan mengadakan khitanan massal dan pembagian sembako pada masyarakat di beberapa desa tertinggal di Kabupaten Jember. Salah satu  monument yang penting sebagai wujud pembauaran dan keberhasilan PITI Kabupaten Jember dalam usahanya  yaitu dengan dibangunnya Masjid Cheng Ho , masjid yang berasitektur Cina di Kelurahan Sempusari, Kecamatan Kliwates.

KESIMPULAN

Mulai muncul Tionghoa Muslim di Jember sulit dipastikan, tapi sebenarnya pada awal abad ke-19 Bupati Puger yang Tionghoa peranakan telah memeluk agama Islam, namun keturunan mereka kemudian sulit dilacak. Keberadaan orang-orang Tionghoa Muslim baru terlihat terang setelah berdiri organisasi Persatuan Iman Tauhid Islam (PITI) sejak tahun 1984, karena sejak itu ada pendataan terhadap anggota PITI . Sebagai komunitas Muslim orang-orang China berarti sudah siap berasimilasi dengan orang pribumi karena mayoritas pribumi beragama Islam. Dalam bidang social budaya komunitas China Muslim sangat mudah berasimilasi dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat, sehingga seperti halnya China non Muslim, mereka hidup dengan multi budaya dan multi tradisi, yaitu masih ada yang mempertahankan budaya dan tradisi leluhur asalkan tidak bertentangan dengan aqidah Islam dan bercampur dengan tradisi setempat, sehingga bisa dikatakan bahwa komunitas China Muslim merupakan etnis yang sudah berasimilasi total dengan masyarakat pribumi.

KELEBIHAN

 Kelebihan dalam buku  ini penulis memaparkan tentang kaum minoritas Tionghoa yang berada di Indonesia dan menjadi lebih spesifik di daerah Kabupaten Jember. Bahasa yang digunakan oleh penulis sesuai dengan EYD yang dapat memudahkan pemahaman kepada pembaca. Selain bahasa yang memahamkan dalam buku ini juga memiliki banyak referensi dalam penulisannya, mulai dari buku, internet, dan  wawancara dengan masyarakat Jember yang berasal dari Etnis Tionghoa.  Dengan referensi yang sebagian besar adalah buku, buku ini juga dilengkapi dengan footnote sehingga dapat mencegah dari plagiarisme.

KEKURANGAN

 Kekurangan dalam buku ini penulis tidak adanya batasan skup temporal sehingga pembahasannya terlalu luas, tetapi dengan begitu  pembaca dapat memperoleh lebih banyak informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar