REVIEW BUKU
Judul Buku : Minoritas di Tengah Minoritas : Tionghoa Muslim di Jember
Penulis : Dr. Retno Winarni, M. Hum. et.al.
Halaman : 160 halaman
Penerbit : UPT Percetakan dan Penerbitan
Universitas Jember
Reviewer : SOFI LAILATUL ZAHRO 180110301029
ISI
BUKU
Dalam buku ini membahas mengenai Etnis Tionghoa yang
menjadi kaum minoritas di Jember. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana terbentuknya masyarakat Tionghoa Muslim di Jember, bagaimana
masyarakat ini hidup di tengah-tengah mayoritas Muslim Pribumi dan ditengah
tengah minoritas masyarakat Tionghoa di Jember.
Buku ini terdiri dari 6 bab
antara lain Bab I, pendahuluan yang membahas secara general mengani Etnis
Tionghoa yang ada di Indonesia dan persebarannya . Etnis Tionghoa adalah
orang-orang Tiongkok atau Cina yang ada di Indonesia. “Tionghoa” adalah sebuah
istilah yang diciptakan sendiri oleh orang-orang yang berasal dari Tiongkok
yang bermukim di Indonesia. Identitas
Etnis Tionghoa yang menjadi kontroversi, mereka masih belum diakui sebagai
penduduk pribumi meskipun mereka sudah tersebar merata pada abad ke 15 dan 16
di Indonesia. Di era kemerdekaan, contoh lain mobilitas sosial ini bisa dilihat
pada kelompok-kelompok yang memperjuangkan terjadinya asimilasi menyeluruh
(total assimilation) dengan penduduk pribumi. Satu yang paling mengemuka adalah
anjuran memeluk Islam di kalangan orang-orang Tionghoa Indonesia.
Bab II ini menjelaskan tentang
sejarah Agama Islam dan penyebarannya di Cina sehingga menjadi agama yang tidak
dapat dipisahkan dari budaya Cina pada zaman Dinasti Ming. Selain mengenai
persebaran Agama Islam di Cina, dalam bab ini juga menjelaskan mengenai
persebaran Agama Islam di Nusantara. Sebenarnya Cina sudah pernah berlayar ke
Nusantara dan melakukan perdagangan pada abad 7. Pada abad 8 orang – orang Cina
mulai menetap dan melahirnak keturunan melalui perkawinan dengan masyarakat
pribumi sehingga disebut sebagai Cina Peranakan Selanjutnya dalam bab ini
membahas mengenai pasang surut jumlah Etnis Tionghoa Muslim di Jawa disebabkan dengan adanya ketertarikan orang –
orang Tionghoa untuk beradaptasi kepada budaya local atau disebut dengan
resinifikasi. Dalam hal ini orang – orang Tionghoa khawatir mulai melupakan
tradisi dari leluhurnya karena lebih mengikuti tradisi pribumi. Tahun
1908 mereka mendirikan sekolah-sekolah dasar gaya baru yang khusus untuk
anak-anak Cina dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar,
yaitu Hollands Chinesche Scholen (HCS).
Bab III menjelaskan tentang Komunitas Tionghoa
yang ada di Jember mulai dari awal
adanya Etnis Tionghoa di Jember yaitu tahun 1795 menurut Retno Winarti (
Penulis ). Seiring dengan perkembangannya, etnis Tionghoa di
Jember kemudian membentuk pola pemukiman tersendiri yang terletak di distrik
Jember yang dilatarbelakangi masalah ekonomi karena banyaknya lapangan
pekerjaan. Pertengahan abad ke-19, Jember merupakan daerah yang menjanjikan
karena bermunculannya perkebunan swasta terutama tembakau. Mereka berperan
sebagai pelaku ekonomi yang cukup berpengaruh di Jember. Mayoritas orang-orang Tionghoa pindah agama Islam, disebabkan mereka
terdorong oleh keinginan untuk membebaskan diri mereka sendiri dari status non
pribumi.
Bab IV ini menjelaskan tentang kehidupan
ekonomi dan tempat tinggal masyarakat Etnis Tiongoa Muslim yang ada di Jember. Orang Tionghoa
memang memberikan pengaruh besar pada perekonomian, khususnya dalam menggerakkan
perekonomian di wilayah Jember melalui perdagangan dengan membangun toko kecil
hingga super market. Selanjutnya mengenai tempat tinggal Tionghoa Muslim di
Jember juga didasarkan kepada kosmologi Tiongkok yang memiliki konsep yang
disebut dengan honsui.. Di Jember, tempat yang ditunjuk adalah jalan Sultan
Agung dan Haji Samanhudi. Namun di kemudian hari, orang-orang Cina juga
bermukim di jalan Ahmad Yani dan Jl mangunsarkoro. Selain
itu bermukim di wilayah pecinan di Pasar
Trunojoyo dan Pasar Tanjung dan ada juga yang bertempat tinggal di luar
pecinan yaitu di Jalan Ciliwung.
Bab
V yaitu mengenai usaha yang dilakukan
untuk mewadahi dan solidaritas kepada
warga Tionghoa Muslim dengan mendirikan PITI, yaitu Organisasi Persatuan
Islam Tionghoa Indonesia pada tangga 6 Juli 1963, organisasi ini juga didirikan
di Jember pada tahun 1994. PITI merupakan organisasi yang didirikan untuk
mempercepat proses pembauran yang nyata antara masyarakat Tionghoa, terutama
yang beragama Islam dengan masyarakat pribumi. Salah satu focus
PITI sejak kelahirannya adalah dakwah Islam, khususnya kepada warga Tionghoa
selain itu juga masalah kebangsaan yang berkaitan dengan permasalahan antar
etnis.
Bab
VI adalah bab yang terakhir dari buku ini yang mana menjelaskan tentang kegiatan
sosial yang dilaksanakan organisasi PITI di Kabupaten Jember di antaranya
berupa kegiatan pendidikan, bakti sosial dengan mengadakan khitanan massal dan
pembagian sembako pada masyarakat di beberapa desa tertinggal di Kabupaten
Jember. Salah satu monument yang penting
sebagai wujud pembauaran dan keberhasilan PITI Kabupaten Jember dalam
usahanya yaitu dengan dibangunnya Masjid
Cheng Ho , masjid yang berasitektur Cina di Kelurahan Sempusari, Kecamatan
Kliwates.
KESIMPULAN
Mulai
muncul Tionghoa Muslim di Jember sulit dipastikan, tapi sebenarnya pada awal
abad ke-19 Bupati Puger yang Tionghoa peranakan telah memeluk agama Islam,
namun keturunan mereka kemudian sulit dilacak. Keberadaan orang-orang Tionghoa
Muslim baru terlihat terang setelah berdiri organisasi Persatuan Iman Tauhid
Islam (PITI) sejak tahun 1984, karena sejak itu ada pendataan terhadap anggota
PITI . Sebagai komunitas Muslim orang-orang China berarti sudah siap berasimilasi
dengan orang pribumi karena mayoritas pribumi beragama Islam. Dalam bidang
social budaya komunitas China Muslim sangat mudah berasimilasi dengan budaya
dan tradisi masyarakat setempat, sehingga seperti halnya China non Muslim,
mereka hidup dengan multi budaya dan multi tradisi, yaitu masih ada yang
mempertahankan budaya dan tradisi leluhur asalkan tidak bertentangan dengan
aqidah Islam dan bercampur dengan tradisi setempat, sehingga bisa dikatakan
bahwa komunitas China Muslim merupakan etnis yang sudah berasimilasi total
dengan masyarakat pribumi.
KELEBIHAN
Kelebihan dalam buku ini penulis
memaparkan tentang kaum minoritas Tionghoa yang berada di Indonesia dan menjadi
lebih spesifik di daerah Kabupaten Jember. Bahasa yang digunakan oleh penulis
sesuai dengan EYD yang dapat memudahkan pemahaman kepada pembaca. Selain bahasa
yang memahamkan dalam buku ini juga memiliki banyak referensi dalam penulisannya,
mulai dari buku, internet, dan wawancara
dengan masyarakat Jember yang berasal dari Etnis Tionghoa. Dengan referensi yang sebagian besar adalah
buku, buku ini juga dilengkapi dengan footnote sehingga dapat mencegah dari
plagiarisme.
KEKURANGAN
Kekurangan dalam buku ini penulis tidak adanya batasan skup temporal
sehingga pembahasannya terlalu luas, tetapi dengan begitu pembaca dapat memperoleh lebih banyak
informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar