Senin, 03 Desember 2018

SETENGAH UMUR KU

Pondok Pesantren.
      
       Tempat yang tak lagi asing dengan segala fungsi fungsinya.Pondok pesantren yang cukup berperan dalam perkembangan zaman semakin diakui keakuratan dalam mendidik putra putri. Selain sebagai sarana pendidikan pondok pesantren juga dijadikan sarana untuk berdakwah bagi kaum adam dan hawa yang masih belum terjamah dengan kehidupan pesantren.Kehidupan yang begitu sederhana terjauh dari hal luar yang sangat memengaruhi pemikiran yang menjadikan kurang sehat. Kelulusan seseorang dari pondok pesantren seakan akan menjadikan seseorang manjadi jaminan kebaikan yang akan menyelimuti, tetapi terkadang dengan seiring berkembangnya zaman putra putri yang ada di pondok pesantren mengikuti tren yang sehingga berdampak pada pesantren.Tak banyak juga orang yang menganggap pondok pesantren sebagai orang yang memiliki masa depan yang suram, terkadang perasaan tersebut mengakibatkan seorang santri atau orang yang menuntut ilmu di pesantren terpengaruh.😞
Santri adalah sesorang yang mencari ilmu di pondok pesantren. Segala kehidupan harus sesuai dengan apa yang menjadi perturan. Jika melanggar , maka sudah biasa dia merasakan berdiri dengan al qur`an tanpa duduk untuk melepas lelah. Tidaklah gampang menjadi seorang santri, dia harus lebih belajar menjadi orang yang lebih desawa dari pada anak pada umumnya. Merasakan rindu dengan pelukan ibuk sudah menjadi makanan sehari hari. Rindu dengan kasur saat hujan dia hanya bisa menangis. Mandiri adalah prinsip utama dalam hidup berkelompok denga selimut perbedaan. Menangis di sudut kamar dia lakukan. Antri mengambil makan dan kehabisan makan juga tidak asing lagi. Sering sering kelaparan dalam belajar dan tidur di dalam kelas juga sering dilakukan. Belum lagi tentang hapalan dan penyakit yang dihasilkan dari mengaji yaitu penyakit kulit gudik. Prinsip tidak bergudik maka ilmu belum manfaat masih mnjadi rumor di kalangan mereka.
Pengasuh atau ustad beliaulah yang mentransferkan segala pengetahuan tentang agama kepada santri santrinya. Tidaklah hanya itu mendoakan juga tugas beliau. Menjadi orang tua kedua juga menjadi tanggung jawab yang harus di andut oleh Pengasuh. Betapa sakit hati seorang Pengasuh ketika seorang santri menyakiti hatinya dengan jalaran melanggar larangan pondok pesantren.  Sejelek jeleknya seorang santri tidak akan ada transfer doa buruk yang akan diterima, anehnya semua doa baik malah disebutkan. Kemuliaan itulan yang menjadikan santri yang baik ataupun yang kurang baik akan tetap terayomi dunia akhirat.
Orang Tua adalah penguat utama dalam menjalani kehidupan pesantren. Begitu muliannya para orang tua yang memilik anak yang di hidup dipesantren. Orang tua juga harus ikhlas dalam memondokkan anaknya dan membelajari tirakat di dalam diri seorang anak agar menjadi seimbang didalam hal kerelaan. Berpisah untuk pertama kalinya adalah hal yang terberat menangis adalah ungkpan sayang orang tua kepada anaknya ketika melepaskannya di pondok pesantren. Tidak hanya seorang anak orang tua juga merasakaan kerinduan yang mendalam, ketika makan yang diingat adalah anaknya ketika hujan yang diingat juga anaknya apakah hari ini dia sudah makan ? hujaan... semoga anak kita tidak kehujanan😞. Jika orang tua tidak sayang terhadap kita mereka tidak akan memberikan pondok pesantrn yang bisa memberikan pendidikan lebih dari kemampuan orang tuannya. Konsisten rindu masih ada di benak mereka doa serta air mata juga masih membasai pipinya dengan harpan semoga kehidupan yang lebih baik akan didapatkan serta bermanfaat bagi orang yang disekitarnya.

Dalam mencari ilmu membutuhkan tiga komponen yaitu orang yang mencari ilmu (murid/ santri) orang yang memberikan ilmu (guru), Orang yang rela untuk berpisah dan membiayai (orang tua). 


Cuma ingin nulis yaaaaa
Tidak ada bentuk diskriminasi eheeee
Wassalamu'alaikum