Rabu, 18 November 2020

SEJARAH DESA WRINGINAGUNG

 

NAMA    :  SOFI LAILATUL ZAHRO

NIM        :  180110301029

Sejarah Desa Wringinagung

Mengulik sejarah desa merupakan hal yang menarik karena tak jarang dari setiap warga desa yang kurang paham  mengenai sejarah desanya. Maka dari itu,  sebagai warga Desa Wringinagung, saya menulis mengenai sejarah Desa Wringinagung. Desa Wringinagung adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Sebelum menjadi desa yang berdiri sendiri, Desa Wringinagung ini merupakan bagian dari Desa Jajag. Pada tahun 1992 Desa Jajag, memiliki banyak penduduk sekitar 17.000 orang yang tersebar di dalam 8 dusun antara lain:

1.      Dusun Krajan

2.      Dusun Petahunan

3.      Dusun Yosowinangun

4.      Dusun Bulusari

5.      Dusun Jatisari

6.      Dusun Glowong

7.      Dusun Sumberjo

8.      Dusun Sumberjaya

Pada tahun 1990 ada acara Temu Desa yang diadakan  tingkat Nasional yang dihadiri oleh LKMD, LMD se Jawa Timur di Desa Jajag. Di dalam acara tersebut dari perangkat  Desa Jajag memiliki satu ide gagasan untuk melakukan pemecahan desa dengan alasan wilayah yang luas dan penduduk yang banyak. Di dalam pemecahan desa terdapat  perangkat desa yang bergabung di dalam tim yang  yang dinamakan dengan Tim Tujuh karena terdiri dari tujuh orang, Tim Tujuh  itu diketuai oleh H. Abdurrahman Yusuf, Sekertaris  Sunaryanto, Hadi Wijoyo, Kirman, Abdul Latif Hariyanto,   Santoso dan  Bambang Sugianto.

 Selain  diadakan  kegiatan Temu Desa, ada juga kegiatan Kriya Karsa LKMD yang dilaksanakan di tingkat provinsi, lalu gagasan yang dimiliki oleh  Desa Jajag kembali dimunculkan dalam forum tersebut yang pada akhirnya oleh Gubernur dan Bupati mengizinkan untuk  pemecahan desa dengan berbagai persyaratan mulai dari faktor demografi, wilayah, mata pencaharian dan lainnya.

Pada tanggal 25 April 1992  Desa Jajag  dipecah menjadi Desa Jajag dengan Desa Persiapan Wringinagung, Desa Wringinagung  menjadi desa persiapan selama kurang lebih 3 tahun. Selama menjadi desa persiapan yang mana wilayah desa sudah ada,  akan tetapi secara administrasi desa masih ikut kepada desa induknya. Lalu pada tahun 1995,   usulan Desa Persiapan di terima menjadi Desa Definitif  pada tanggal 21 April 1995.

Masyarakat yang menjadi penduduk desa pecahan mayoritas adalah petani dan wilayahnya sebagian besar adalah lahan pertanian maka dinamakan ‘Wringinagung’ yang berasal dari kata ‘Wringin’ dan ‘agung’.Pemberian nama Wringinagung memiliki sejarah tersendiri, kata  Wringinagung  terdiri dari dua suku kata yaitu “ Wringin”  berarti pohon  beringin  dan “ Agung”  yang berarti besar.   Pada waktu itu diperbatasan Desa Yosomulyo dengan Desa Jajag terdapat pohon ringin yang besar yang akan tetapi di tengah pohon tersebut growong (bolong dalam Bahasa Jawa). Di tempat tersebut, sering menjadi tempat transaksi jual beli oleh  pedagang China, akan tetapi orang China tersebut kesulitan mengucapkan “ r ” pada kata “ growong ” lalu  mengatakan glowong, sehingga sampai saat ini disebut dengan Dusun Glowong. Jadi,  di Dusun Glowong menjadi bagian dusun yang dipecah  sehingga desa pacahan  Jajag tersebut diberi nama Wringinagung yang berarti makmur sesuai dengan harapan seluruh masyarakat yang ada di desa ini.

Selain Desa Wringinagung yang diresmikan pada waktu itu ada juga lainnya seperti  Desa Ringinputih pecahan dengan Desa Sumberberas dan salah satu Desa di Rogojampi. Desa Wringinagung terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Sumberjo,  Dusun Jatisari, Dusun Gembolo Templek (Sumberjaya sekarang) dan Dusun Glowong sedangkan Desa Jajag menjadi 5 dusun juga yaitu Dusun Kampung Baru, Dusun Krajan, Dusun Petahunan, Dusun Yosowinangun dan Dusun Bulusari.

Secara demografi, penduduk  di Desa Wringinagung yang tercatat pada tahun 2020 adalah 7.689 jiwa yang terdiri dari 3.502 penduduk laki – laki dan 4.187 penduduk perempuan.  Dengan luas wilayah 619, 9 ha yang terdiri dari 79,65 persen yang terbagi atas tanah pertanian dan tegalan sedangkan 18,37 persen berupa wilayah permukiman dan bangunan lain seperti sekolah, tempat ibadah, jalan dan tanah yang tidak produktif.

Secara topografi Desa Wringinagung ini berupa dataran tinggi, dengan suhu udara rata – rata berkisar 33 ℃ , dengan ketinggian rata -  rata dari permukaan laut ± 50m dpl, sedangkan cura hujan rata rata tiap tahun berkisar 1000 – 2000 mm, dengan demikian kondisi alam Desa Wringinagung cukup sejuk dengan banyak hembusan air. Dengan keadaan topografi yang sedemikian rupa perekonomian warga Desa Wringinagung bertumpu pada sector pertanian dengan mata pencaharian mayoritas sebagai petani, petani yang memiliki lahan atau sebagai buruh tani. Mayoritas penduduk di Desa Wringinagung ini beragama islam. Batas desanya tidak berdasarkan dengan batas alam akan tetapi dengan batas  dusun  sehingga tidak jelas batasnya. Batas Desa Wringinagung sebagai berikut :

·         Utara     : Desa Yosomulyo

·         Barat     : Desa Tegalsari

·         Selatan  : Desa Purwodadi

·         Timur   : Desa Jajag

Pada awal berdirinya Desa Wringinagung, pada tahun 1992 – 1997  belum mengadakan pemilihan Kepala Desa sehingga pada saat itu ditunjuk langsung  oleh warga desa Kepala Desa Wringinagung adalah P. Santoso, yang dulu menjadi sekdes Desa Jajag. Kemudian pada tahun 1997 untuk pertama kalinya dilaksanakan pemilihan Kepala Desa dan sebagai calon yang terpilih adalah MS. Hadi Sastro  yang kemudian dilantik sebagai Kepala Desa Wringinagung yang pertama. Kemudian dipertengahan masa dinas tahun 2002 beliau  sakit stroke sehingga mengangkat Pj Kades  tahun 2003 – 2006 yaitu P. Sujito, S. Pd yang sebelumnya  menjadi  sekdes Wringinagung. Pada tahun 2007 dijabat oleh Staf Kecamatan Gambiran  selaku Pj. Kades Wringinagung yaitu P. Sukatno sampai pelaksanaan Pilkades  2007 karena P. Sujito diangkat menjadi PNS sebagai guru. Pada tahun 2007 pelaksanaan Pilkades  sebagai calon terpilih adalah Moh. Samsul Hidayat, SP yang menjabat pada tahun 2007 – 2013. Pada tahun 2014– 2019 dijabat oleh P. Sunaryanto dan pada  saat ini kepala Desa Wringinagung  yaitu P. Kondang Suryaningrat, S. Hut.

No

Periode

Nama Kepala Desa

Keterangan

1

1994 – 1998

SANTOSO

 Pjs.Kades

2

1998 – 2003

MS.HADI SASTRO.S

 Kades Devinitif

3

2003 – 2006

 

 

SUJITO,SPd

 Pj.Kades

4

2006 – 2007

SUKATNO

 Pj.Kades

5

2007 – 2013

MOH.S.HIDAYAT,SP

Kades Terpilih

6

2013 s/d 2019

SUNARYANTO

Kades Terpilih

7

2020 s/d 2025

Kondang Suryaningrat, S. Hut.

Kades Terpilih

 

 

Narasumber :

Sunaryanto, mantan sekdes pada awal berdirinya Desa Wringinagung dan mantan kepala Desa Wringinagung pada tahun 2014 – 2019.

Website Desa Wringinagung http://wringinagung.desa.id/web/detailnews/sejarah-desa

Nomer kades 081336644343

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 15 November 2020

REVIEW JURNAL : GERAKAN LINGKUNGAN DI JAWA MASA KOLONIAL

 

GERAKAN LINGKUNGAN DI JAWA

                  MASA KOLONIAL

( Nawiyanto, Paramita Vol. 24 No. 1, Hlm , 31 – 34 )

REVIEWER  : SOFI LAILATUL ZAHRO 

NIM               : 180110301029

PENDAHULUAN

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang terbesar di Indonesia, selain itu juga memiliki penduduk yang sangat padat di dunia. Abad ke – 19 menjadi abad yang penting karena menjadi garis tanda perubahan. Sebelum abad ke – 19  kawasan hutan dan idalamnya masih menjadi masalah yang serius, selain itu hutan juga menjadi wilayah yang dianggap angker karena roh – roh jahat serta berbahaya karena adanya binatang buas. Sejak akhir abad ke – 19 hilangnya hutan yang ada di Pulau Jawa menjadi masalah yang serius dan malapetaka bagi lingkungan. Kehancuran lingkungan atau krisis lingkungan selain disebabkan oleh iklim juga disebabkan oleh manusia yang dianggap sebagai penguasa tertinggi dibawah tuhan, lingkungan juga tergantung dengan unsur antropogenis, sikapnya kepada lingkungan. Kehadiran Kolonialisme Barat di Jawa dipandang sebagai penyebab krisis lingkungan, karena adanya Sistem Tanam Paksa yang dikaitkan dengan lingkungan hutan.

ISI

Gerakan lingkungan yang ada di Jawa tumbuh pada akhir abad ke – 19 yang ditandai dengan adopsi kebijakan konservasi. Gerakan lingkungan di Jawa pada mulanya terkait erat dengan kepentingan dalam bidang pertanian. Ini berkaitan dengan pemberlakuan peraturan konservasi lingkungan khususnya sejak tahun 1870an yang mewajibkan orang Eropa dan pribumi. Adanya kaitan yang erat antara kepentingan pertanian dan perlindungan lingkungan hutan penyangga tata air ditemukan diantara para insinyur yang bekerja dalam dinas pengairan Kolonial sebagian juga dukungan berasal dari pegawai yang bekerja dalam dinas kehutanan. Dengan dukungan dua profesi kemudian  lahir Ordonansi Kehutanan tahun 1884, yang menetapkan  preservasi hutan yang berfungsi sebagai tata air.  Selain upaya preservasi vegetasi hutan yang ada, gerakan lingkungan juga diarahkan pada pemulihan kawasan hutan yang rusak. Pemerintah Kolonial mulai mencanangkan progam penanaman hutan kembali dengan motivasi yang berbeda, lebih ke penanaman jati yang dilancarkan dalam Tanam Paksa untuk stock yang sangat penting bagi VOC.  Sekitar tahun 1900 berkembang kecenderungan baru dalam gerakan lingkungan yang mengaitkan dengan pemeliharaan dan perlindungan lingkungan  tidak hanya demi alasan ekonomi tapi ilmiah dan estetik. Gerakan ini bertujuan untuk melindungi flora dan fauna liar, serta lanskap alamiah atas dasar pertimbangan nilai – nilai estetis dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut menjadi kekhawatiran atas bahaya kepunahan binatang sebagai isu pertama untuk ditangani, seperti badak dan banteng di Pulau Jawa. Selain itu gerakan lingkungan dengan fokus konservasi dan perlindungan satwa juga diinspirasi oleh unsur – unsur yang ada di dalam tradisi Barat seperti keinginan mempromosikan hak – hak binatang. Capain legal pertama adalah pemberlakuan Ordonansi Perlindungan Satwa Liar tahun 1909 yang memberikan perlindungan satwa liar, kecuali yang merugikan.

Tahun 1912 organisasi pertama menangani konservasi lingkungan alam, masyarakat Hindia Belanda untuk Perlindungan Alam yang didirikan dengan botanis kehutanan Dr. S.H. Koorders yang memiliki peran penting dalam memajukan gerakan lingkungan yang bersandar pada konservasi estetis dan ilmiah dan memberi kontribusi besar bagi kemajuan gerakan konservasi baik legal maupun praktis. Organisasi ini berhasil bekerja sama dengan Perhimpunan Olahraga Gunung Hindia Belanda dan Komisi Belanda Untuk Perlindungan Alam Internasional. Munculnya organisasi ini memberi dorongan kuat bagi pemberlakuan peraturan perlindungan alam yakni memberi kerangka legal yang mengatur pembentukan cagar alam dan suaka margasatwa. Selain melahirkan peraturan – peraturan yang mendukung perlindungan berbagai elemen lingkungan, capain penting dalam gerakan lingkungan di Jawa hadir dalam bentuk lembaga yang menangani perlindungan lingkungan sebagai bagian dari birokrasi pemerintah. Capaian lainnya dalam tataran praktis adalah terbentuknya monument alam baik cagar alam maupun suaka margasatwa di Jawa ada 45 monumen alam pada Masa Kolonial Belanda. Keterlibatan  swasta dalam managemen cagar alam dan suaka margasatwa pada Masa Kolonial masih terbatas meskipun masyarakat Hindia Belanda berperan aktif untuk perlindungan alam dalam mengusulkan konservasi lingkungan, hal ini pemerintah Kolonial mengambil pengelolahanya sendiri daripada mempercayakan kepada swasta.

Gerakan lingkungan di Jawa pada Masa Kolonial masih terbatas pada lingkaran pemerintah daripada rakyat, dapat dilihat dari kenggotaan organisasi Masyarakat Hindia Belanda untuk melingdungi alam lebih banyak orang Eropa sehingga gerakan lingkungan di Jawa ini masih bersifat elitis dan terbatas anggota dan pendukungnya. Gerakan lingkungan pada Masa Kolonial juga tidak banyak menaruh perhatian kepada isu polusi, meskipun dalam realitannya polusi itu ada, misalnya polusi yang dihasilkan dari industri gula di Panarukan. Satu – satunya peraturan mengenai polusi adalah Ordonansi Gangguan 1926, akan tetapi tidak ditegakkan yang mengakibatkan gangguan publik. Gerakan lingkungan pada masa Orde Baru polusi menjadi isu yang urgent sehingga di soroti dalam gerakan lingkungan.

KESIMPULAN

Gerakan lingkungan yang tumbuh di Jawa menunjukkan perluasan orientasi dari konservasi tata air dan tanah untuk kepentingan pertanian dan lingkungan sendiri, ilmu pengetahuan dan estetika. Fokus gerakan meluas dari perlindungan hutan yang mendapatkan motor penggerak sekelompok rimbawan, insinyur irigasi, naturalis, pecinta alam Barat dan kemudian membentuk organisasi Masyarakat Hindia Belanda untuk Perlindungan alam. Gerakan lingkungan Masa Kolonial mencapai capain yang kongkret sari segi legal, administrative, birokratis dan praktis yang memuncukan proyek konservasi lingkungan dengan membentuk cagar alam dan suaka margasatwa tersebar di Jawa. Gerakan lingkungan ini hanya terbatas untuk lingkaran pemerintah. Organisasi masa Kolonial kurang minat terhadap isu lingkungan sehingga pyoyek – proyek  konservasi oleh pemerintah lebih kuat menampilkan apa yang dibayangkan kaum konservasionis sebagai baik demi rakyat, tetapi tidak sama seperti yang rakyat bayangkan.

KELEBIHAN

Kelebihan dalam Jurnal ini penulis memaparkan tentang gerakan sosial lingkungan  yang dilakukan di Jawa pada Masa Kolonial sebagai respon terhadap isu lingkungan. Pemaparan yang kronologis dan bahasa yang digunakan dapat memahamkan pembaca. Selain itu kaya akan referensi sehingga menjadikan jurnal ini lebih otentik. Jurnal ini juga dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi mengenai sejarah lingkungan maupun isu – isu politik lingkungan.

KEKURANGAN

 Kekurangan dalam jurnal ini menurut saya terkait cakupan pembahasan yang luas, karena tidak disertai dengan skup temporal dalam tahun dab hanya tertuliskan “ Masa Kolonial ”. Selain itu dalam jurnal ini menggunakan innote daripada footnote.

 

 

 

 

REVIEW BUKU : Minoritas di Tengah Minoritas : Tionghoa Muslim di Jember

 

REVIEW BUKU

Judul Buku    : Minoritas di Tengah Minoritas :  Tionghoa Muslim di Jember

Penulis          : Dr. Retno Winarni, M. Hum. et.al.

Halaman       : 160 halaman

Penerbit        : UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember

Reviewer      : SOFI LAILATUL ZAHRO 180110301029

ISI  BUKU

Dalam buku ini membahas mengenai Etnis Tionghoa yang menjadi kaum minoritas di Jember. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya masyarakat Tionghoa Muslim di Jember, bagaimana masyarakat ini hidup di tengah-tengah mayoritas Muslim Pribumi dan ditengah tengah minoritas masyarakat Tionghoa di Jember.

Buku ini terdiri dari 6 bab antara lain Bab I, pendahuluan yang membahas secara general mengani Etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dan persebarannya . Etnis Tionghoa adalah orang-orang Tiongkok atau Cina yang ada di Indonesia. “Tionghoa” adalah sebuah istilah yang diciptakan sendiri oleh orang-orang yang berasal dari Tiongkok yang bermukim di Indonesia.  Identitas Etnis Tionghoa yang menjadi kontroversi, mereka masih belum diakui sebagai penduduk pribumi meskipun mereka sudah tersebar merata pada abad ke 15 dan 16 di Indonesia. Di era kemerdekaan, contoh lain mobilitas sosial ini bisa dilihat pada kelompok-kelompok yang memperjuangkan terjadinya asimilasi menyeluruh (total assimilation) dengan penduduk pribumi. Satu yang paling mengemuka adalah anjuran memeluk Islam di kalangan orang-orang Tionghoa Indonesia.

Bab II ini menjelaskan tentang sejarah  Agama Islam dan penyebarannya  di Cina sehingga menjadi agama yang tidak dapat dipisahkan dari budaya Cina pada zaman Dinasti Ming. Selain mengenai persebaran Agama Islam di Cina, dalam bab ini juga menjelaskan mengenai persebaran Agama Islam di Nusantara. Sebenarnya Cina sudah pernah berlayar ke Nusantara dan melakukan perdagangan pada abad 7. Pada abad 8 orang – orang Cina mulai menetap dan melahirnak keturunan melalui perkawinan dengan masyarakat pribumi sehingga disebut sebagai Cina Peranakan Selanjutnya dalam bab ini membahas mengenai pasang surut jumlah Etnis Tionghoa Muslim di Jawa  disebabkan dengan adanya ketertarikan orang – orang Tionghoa untuk beradaptasi kepada budaya local atau disebut dengan resinifikasi. Dalam hal ini orang – orang Tionghoa khawatir mulai melupakan tradisi dari leluhurnya karena lebih mengikuti tradisi pribumi. Tahun 1908 mereka mendirikan sekolah-sekolah dasar gaya baru yang khusus untuk anak-anak Cina dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, yaitu Hollands Chinesche Scholen (HCS).

             Bab III menjelaskan tentang Komunitas Tionghoa yang ada di Jember  mulai dari awal adanya Etnis Tionghoa di Jember yaitu tahun 1795 menurut Retno Winarti ( Penulis ). Seiring dengan perkembangannya, etnis Tionghoa di Jember kemudian membentuk pola pemukiman tersendiri yang terletak di distrik Jember yang dilatarbelakangi masalah ekonomi karena banyaknya lapangan pekerjaan. Pertengahan abad ke-19, Jember merupakan daerah yang menjanjikan karena bermunculannya perkebunan swasta terutama tembakau. Mereka berperan sebagai pelaku ekonomi yang cukup berpengaruh di Jember.  Mayoritas orang-orang Tionghoa  pindah agama Islam, disebabkan mereka terdorong oleh keinginan untuk membebaskan diri mereka sendiri dari status non pribumi.

 Bab IV ini menjelaskan tentang kehidupan ekonomi dan tempat tinggal masyarakat Etnis Tiongoa  Muslim yang ada di Jember. Orang Tionghoa memang memberikan pengaruh besar pada perekonomian, khususnya dalam menggerakkan perekonomian di wilayah Jember melalui perdagangan dengan membangun toko kecil hingga super market. Selanjutnya mengenai tempat tinggal Tionghoa Muslim di Jember juga didasarkan kepada kosmologi Tiongkok yang memiliki konsep yang disebut dengan honsui.. Di Jember, tempat yang ditunjuk adalah jalan Sultan Agung dan Haji Samanhudi. Namun di kemudian hari, orang-orang Cina juga bermukim di jalan Ahmad Yani dan Jl mangunsarkoro.  Selain  itu bermukim di wilayah pecinan di Pasar  Trunojoyo dan Pasar Tanjung dan ada juga yang bertempat tinggal di luar pecinan yaitu di Jalan Ciliwung.

Bab V yaitu mengenai usaha  yang dilakukan untuk mewadahi dan solidaritas kepada  warga Tionghoa Muslim dengan mendirikan PITI, yaitu Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia pada tangga 6 Juli 1963, organisasi ini juga didirikan di Jember pada tahun 1994. PITI merupakan organisasi yang didirikan untuk mempercepat proses pembauran yang nyata antara masyarakat Tionghoa, terutama yang beragama Islam dengan masyarakat pribumi. Salah satu focus PITI sejak kelahirannya adalah dakwah Islam, khususnya kepada warga Tionghoa selain itu juga masalah kebangsaan yang berkaitan dengan permasalahan antar etnis.

Bab VI adalah bab yang terakhir dari buku ini yang mana menjelaskan tentang kegiatan sosial yang dilaksanakan organisasi PITI di Kabupaten Jember di antaranya berupa kegiatan pendidikan, bakti sosial dengan mengadakan khitanan massal dan pembagian sembako pada masyarakat di beberapa desa tertinggal di Kabupaten Jember. Salah satu  monument yang penting sebagai wujud pembauaran dan keberhasilan PITI Kabupaten Jember dalam usahanya  yaitu dengan dibangunnya Masjid Cheng Ho , masjid yang berasitektur Cina di Kelurahan Sempusari, Kecamatan Kliwates.

KESIMPULAN

Mulai muncul Tionghoa Muslim di Jember sulit dipastikan, tapi sebenarnya pada awal abad ke-19 Bupati Puger yang Tionghoa peranakan telah memeluk agama Islam, namun keturunan mereka kemudian sulit dilacak. Keberadaan orang-orang Tionghoa Muslim baru terlihat terang setelah berdiri organisasi Persatuan Iman Tauhid Islam (PITI) sejak tahun 1984, karena sejak itu ada pendataan terhadap anggota PITI . Sebagai komunitas Muslim orang-orang China berarti sudah siap berasimilasi dengan orang pribumi karena mayoritas pribumi beragama Islam. Dalam bidang social budaya komunitas China Muslim sangat mudah berasimilasi dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat, sehingga seperti halnya China non Muslim, mereka hidup dengan multi budaya dan multi tradisi, yaitu masih ada yang mempertahankan budaya dan tradisi leluhur asalkan tidak bertentangan dengan aqidah Islam dan bercampur dengan tradisi setempat, sehingga bisa dikatakan bahwa komunitas China Muslim merupakan etnis yang sudah berasimilasi total dengan masyarakat pribumi.

KELEBIHAN

 Kelebihan dalam buku  ini penulis memaparkan tentang kaum minoritas Tionghoa yang berada di Indonesia dan menjadi lebih spesifik di daerah Kabupaten Jember. Bahasa yang digunakan oleh penulis sesuai dengan EYD yang dapat memudahkan pemahaman kepada pembaca. Selain bahasa yang memahamkan dalam buku ini juga memiliki banyak referensi dalam penulisannya, mulai dari buku, internet, dan  wawancara dengan masyarakat Jember yang berasal dari Etnis Tionghoa.  Dengan referensi yang sebagian besar adalah buku, buku ini juga dilengkapi dengan footnote sehingga dapat mencegah dari plagiarisme.

KEKURANGAN

 Kekurangan dalam buku ini penulis tidak adanya batasan skup temporal sehingga pembahasannya terlalu luas, tetapi dengan begitu  pembaca dapat memperoleh lebih banyak informasi.

Kamis, 12 November 2020

Review Webinar Sarasehan Pancasila Nasional ke – 11

Nama : SOFI LAILATUL Z

NIM    : 180110301029

Tugas : Review Webinar Sarasehan Pancasila Nasional ke – 11

 

“ Kompetisi Olahraga Antar Negara: Refleksi Sportivitas dan Nasionalisme   

Olahraga merupakan salah satu disiplin ilmu ilmu murni seperti disampaikan kepala bidang kajian bidang kajian lain ini sangat menarik tidak didalam untuk meningkatkan prestasi olahraga salah satunya adalah secara Psikologi dan masih banyak ilmu lain yang sebenarnya itu untuk mendukung ilmuwan di bidang olahraga itu walaupun saat ini olahraga mungkin di Fakultas Ilmu keolahragaan bidang kajiannya hanya pendidikan habis itu bagaimana mencetak atlet berbicara tentang konsep-konsep yang lain pada pagi hari ini hari ini bisa membuka wawasan kita semua Bagaimana prestasi olahraga itu bisa dibangun yang berikutnya ada Sebutkan karakter itunya dalam olahraga dan kehidupan sehari-hari terkait olahraga itu merupakan miniatur dari kehidupan kita sehari-hari, Cara cepat-cepat pertandingan ini yang kaitanya dengan prestasi olahraga sebagai wujud eksistensi suatu bangsa dikatakan juga bahwa Bagaimana dalam "Ambisi Karno untuk menunjukkan Indonesia itu ada melalui olahraga ini salah satu contoh daftar peringkat Olimpiade Rio Brazil tahun 2016 tingkat 1 Olimpiade Inggris Raya 1.

Olahraga di Indonesia itu ada dua hal tujuannya yang pertama untuk prestasi yang berikutnya adalah untuk membangun sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Inilah momen lagu kebangsaan dikumandangkan di luar negeri selain Pak Presiden melakukan kunjungan ke negara lain yang berikutnya adalah olahraga sebagai salah satu metode atau salah satu cara untuk membangun generasi bangsa dengan keilmuan yang lain juga bahwa olahraga itu salah satu tindakan preventif untuk menjadikan manusia yang sehat baik secara jasmani maupun rohani.  Dalam  kajian olahraganya kalau kita sampaikan bahwa tujuan olahraga itu untuk mencapai prestasi faktor itu ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal nya di bidang-bidang kajian  faktor internal dan eksternal. Mengenai sarana dan prasarana dan faktornya dari sudut pandang keamanan sudut pandang kesehatan dan sebagainya tetapi ketidakjelasan ketidakjelasan itu menjadikan hasil prestasi kita di dunia internasional dan mulai dari taktik strategi dan fisik atlet ini sangat dipengaruhi oleh sosiologi masyarakatnya masing-masing masih terkait dengan pemetaan atletnya karema minimnya peminatan menjadi atlet. 

Olahraga ini mempunyai posisi yang cukup strategis dalam aplikasi atau implikasi dari Nasionalisme, tentang nasionalisme dan olahraga kalau kita merujuk Catatan sejarah kita bisa memulainya bahkan sebelum Indonesia merdeka yang pertama kita bisa bicara tentang dunia 1938 di Prancis. Di Piala Dunia 1938 artis saat itu namanya masih Hndia Belanda yang mendapat undangan dari Viva untuk menghadiri Piala Dunia 1938 , ini merupakan piala dunia yang ke-3. Kemudian PSSI yang berdiri 8 tahun sebelum undangan diberikan menyiapkan tim untuk datang berpartisipasi di Piala Dunia 1938 namun,  dalam perjalanannya pada saat ini mengalami  konflik dengan nipu-nipu ini tapi organisasi sejenis dengan PSSI yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1938,  ada Gentlemen agreement atau kesepakatan tapi kemudian nipu di tengah jalan mengingkari kesepakatan sehingga  yang berangkat ke Piala Dunia  itu adalah Belanda. 

PSSI sejak tahun 1932, melaksanakan  kongres kedua mereka menegaskan bahwa lewat sepak bola inilah perjuangan nasionalisme Indonesia salah satunya akan dimulai, sehingga  PSSI menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa organisasi yang mana secara legal saat itu dilarang mengambil sikap seperti itu.  Itulah salah satu momen penting bagaimana awal olahraga ini menjadi perwujudan sifat nasionalisme walaupun tidak ikut campur dengan tim yang bermain di Piala Dunia itu.  Ada beberapa penduduk Bumi Putra yang mengambil bagian di Piala Dunia,  nama yang cukup terkenal adalah nama dokter Soetta Nawir ia benar-benar dokter orang yang dipercaya menjadi kapten tim. Ketika dia selesai Piala Dunia kemudian buka praktek dokter di Surabaya.  Ada lagi satu dari Ambon namanya bisa ke Pati well juga orang Bumiputera orang-orang Ambon yang masuk ke dalam tim itu. Dalam hal ini sepak bola  terus berkembang menjadikan sepak bola sebagai salah satu wadah nasionalisme kemudian kita berlanjut pada waktunya manfaatkan dengan baik.

Indonesia sedang mengalami keadaan yang tidak baik baik saja yang disebabkan oleh Revolusi Fisik yang selesai tahun 1950.  Indonesia dibawah Bung Karno ingin menunjukkan kepada kepada Asia khususnya  kepada Indonesia sendiri bahwa  Indonesia memiliki potensi sehingga menjadi bagian dari Asian Games tahun 1951. Saat itu yang tampil sebagai pelatih adalah seorang yang berasal dari Singapura  terkait dengan pergaulan Indonesia di pentas internasional. Hubungan Indonesia dengan Tiongkok menjadikan Indonesia dipercaya menjadi Tim Nasional Indonesia selain karena hal teknis ada juga kedekatan kedekatan politik. Setelah Indonesia merdeka, baru aktif kembali pada tahun 1950 saat itu ketua PSSI -nya adalah Maladi dari Solo.  Pada tahun 1951 yang pertama adalah mengajukan diri untuk menjadi anggota FIFA dan diizinkan. Di tahun itu pula PSSI berupaya keras untuk membawa nama Indonesia lewat sepak bola di ajang internasional dan negara bekerja sama untuk mengirim tim tampil di Asian Games pada tahun  1951 yang digelar di India.

 Asian Games 1954 yang digelar di Manila karena Tim Nasional Indonesia tidak begitu sukses di Asian Games sebelumnya diganti ada nama seorang yang berasal dari Uni Soviet. Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur ini adalah negara penguasa sepak bola.  Ketua umum PSSI baru sebelumnya pernah menjadi pasukan cakrabirawa Pasukan Pengawal pribadi Soekarno dikenal sebagai presiden Bung Karno ini benar-benar punya visi yang besar terhadap sepakbola Indonesia di kemudian hari dengan menunjuk Adul Wahab sebagai ketua umum PSSI selanjutnya.

Indonesia melawan Uni Soviet di Olimpiade Melbourne 1956 ada sebelum perjalanan Indonesia ke Olimpiade  ada  babak kualifikasi Indonesia ini harus berhadapan dengan Taiwan sedangkan Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Taiwan yang  masih menjadi bagian dari Tiongkok.  Indonesia menolak melawan menolak pertandingan melawan Taiwan karena mereka tidak mempunyai hubungan diplomatik itu yang alasan pertama yang alasan kedua adalah bisa digelar tapi Indonesia tidak mau ada bendera Taiwan atau kebangsaan Taiwan dikumandangkan sebelum pertandingan tak jelas bahwa politik kedekatan Indonesia. Akhirnya hewan anoa bertanding melawan Indonesia dan Indonesia yang lolos ke putaran final olimpiade 1956 padahal seandainya pertandingan ini digelar Indonesia kalah dari hewan karena kedekatan Bung Karno dengan Tiongkok lalu hubungan politik membuat pertandingan tidak bisa digelar selanjutnya .

 Pada Piala Dunia 1958 di tempat ketiga yang menarik ini sebenarnya Asian Game tapi yang menarik adalah kualifikasi Piala Dunia 1958 Indonesia satu langkah lagi bermain di piala dunia dengan nama Indonesia bukan lagi Hindia Belanda lawan yang dihadapi adalah Israel hampir sama kasus seperti lawan Thailand.  Tapi kali ini posisinya berbalik Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel.  Israel tidak berkenan bertanding melawan Indonesia jika bendera mereka dan lagu kebangsaan mereka tidak dikumandangkan. Pandangan dalam hal ini yang pertama adalah Indonesia berpihak kepada Palestina dan situasi negara Timur Tengah saat itu adalah Israel belum mendapat banyak dukungan dari negara-negara Arab dan perbedaan kepada negara-negara Arab karena patut kita ketahui ketika Indonesia merdeka negara-negara dari Timur Tengah seperti Mesir itulah yang pertama kali memberikan pengakuan terhadap Indonesia. Berbeda  bertanding melawan Israel tidak memberikan izin kepada tim nasional indonesia bermain melawan Israel akhirnya digelar tentara Israel lah yang kemudian tampil di Piala Dunia. Hal tersebut tidak hubungannya dengan nasionalisme Indonesia tapi  prinsip nasionalisme Indonesia berada  pergaulan internasional adalah bagian dari sistem pencernaan kita paling nyata dari nasionalisme Indonesia di bidang olahraga 

Asian Games 1962 di Jakarta sebenarnya sudah memerintahkan jajarannya dalam hal ini menteri olahraga untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games sejak 2 edisi sebelumnya tetapi kalah dari sama pada kesempatan ketiga Nila bisa mewujudkan besarnya untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games. Dalam pelaksanaannya jelas membutuh uang untuk Asian Games. Salah satu beberapa media internasional juga menyebutkan melaporkan bahwa Asian Games sedang berada di ambang kehancuran karena Indonesia memang situasi ekonominya.  Suksesnya Indonesia di Asian Games Indonesia menjadi hanya kalah dari Jepang dalam perolehan medali yang sekali tapi Tim Nasional Indonesia justru tersingkir dari fase grup karena saat itu ada skandal senayan  ini adalah terbesar saat itu sebelum Indonesia tampil di Asian Game itu.

 Ada beberapa pertandingan uji coba lawan Malaysia dan lawan Vietnam terjadi Indonesia bermain saat hanya bahkan kalah pada 1956 sebagai sebuah ilustrasi tapi satu pemain pertandingannya mendapatkan upah Rp. 25 tarian pemberi suap itu senilai Rp. 2.500 jadi sangat tinggi. Kemudian membuat kegagalan Indonesia Timnas sepak bola Indonesia di Asian Games ini adalah momen yang sangat bagi sepak bola Indonesia yang kesempatan sebelumnya berhasil menembus peringkat ketiga Asian Game tapi berakhir dengan tragis karena tuan rumah sendiri.  Ada sebuah Ironi ketika Bung Karno mencanangkan bahwa Asian Game inilah yang harusnya menjadi kakak ini kita membusungkan dada sebagai warga Indonesia kita bisa menjadi tuan rumah yang baik tapi ternyata Justru malah tidak berbanding lurus dengan PSSI selanjutnya dibalik Asian Games.

Dua modal yang dipakai Bung Karno yang pertama adalah pampasan perang dari Jepang yang dipakai untuk Membangun fasilitas fasilitas Asian Games selanjutnya adalah dukungan dari Uni Soviet Uni Soviet ini mengirim pekerja pekerja kasar arsitek dan Insinyur Insinyur nya Membangun fasilitas fasilitas olahraga salah satunya adalah stadion utama Gelora Bung Karno. Dalam perjalanan sejarah sepak bola membuktikan bahwa rasa nasionalisme tidak hanya dibangun melalui pengenalan budaya akan tetapi dalam cabang olahraga juga berperan  didalamnya, sepak bola selain ajang kompetisi dan juga sebagai media memperkenalkan kepada kancah dunia lewat kompetisi sepak bola.